Karya Tulis Siswa : Dari Sampah Rumah untuk Lingkungan yang Ramah

0
Share

Ditulis oleh: Ufaira Syadza Ghaida 7C & Kayyasa Alya Tsabita 7B

Dari Sampah Rumah untuk Lingkungan yang Ramah

Apakah itu Sampah?  Kalau mendengar kata-kata sampah pasti yang pertama kali ada dalam pikiran kita adalah suatu benda yang kotor, menjijikkan dan membuat masalah.  Tetapi sebenarnya sampah itu tidak selamanya kotor, menjijikkan dan membuat masalah apabila dikelola dengan baik.  Nah, dalam tulisan ini kita akan membahas apa itu sampah dan bagaimana cara mengelolanya agar bisa membuat lingkungan kita jadi ramah dan nyaman untuk tinggal.

 

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah seringkali mengacu kepada material sisa yang tidak diinginkan atau tidak bermanfaat bagi manusia setelah berakhirnya suatu kegiatan atau proses domestik. Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat maka kebutuhan manusia juga akan meningkat sehingga berdampak  pada meningkatnya produksi sampah. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2021 mencatat  volume sampah di Indonesia yang terdiri dari 154 Kabupaten/kota se-Indonesia mencapai 18,2 juta ton/tahun. Sampah yang terkelola dengan baik hanya sebanyak 13,2 juta ton/tahun (72,95%). Ini terjadi karena masih terbatasnya daya tampung tempat pembuangan sampah, hingga minimnya standar dalam pengelolaan sampah.  Dalam undang-undang RI No. 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Batasan ini menyuratkan bahwa setiap aktivitas manusia akan selalu menghasilkan sisa kegiatan yang disebut dengan sampah. (Wa Ode Rosnawati, 2017).

Sampah terbagi menjadi beberapa jenis yaitu, sampah organik, sampah anorganik, sampah bahan berbahaya dan beracun, sampah kertas, sampah residu. Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) KLHK, Indonesia menghasilkan 19,45 juta ton timbulan sampah sepanjang 2022. Dari jumlah tersebut, mayoritas atau 39,2% di antaranya berasal dari timbulan sampah rumah tangga.

Tabel 1. Komposisi sampah berdasarkan sumber sampah.

No Sumber Jumlah
1 Rumah Tangga 39,2 %
2 Perkantoran 6 %
3 Pasar Tradisonal 16,1 %
4 Pusat Perniagaan 21,2 %
5 Fasilitas Publik 6,8 %
6 Kawasan 7,3 %
7 Lainnya 3,3 %

Sumber : SIPSN (2022)

Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga. Jenis-jenis sampah rumah tangga dibagi menjadi dua yaitu sampah organik dan anorganik. Sampah organik seperti sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus, tepung,dll. Sedangkan sampah anorganik meliputi plastik, gelas, botol, dll. Semakin meningkatnya sampah rumah tangga tersebut, maka dapat berdampak bagi kehidupan manusia, yaitu:

  1. Penurunan kualitas kesehatan, seperti munculnya penyakit diare, kolera, tifus, dll. Dampak dari sampah salah satunya penyakit berbasis lingkungan diantaranya adalah diare dan penyakit kulit.Bakteri adalah salah satu penyebab diare yang sangat umum. Bakteri bisa masuk ke tubuh manusia lewat makanan dan minuman yang kurang sehat atau perlengkapan memasak yang tidak bersih ataupun ser ta kondisi lingkungan dengan banyak sampah. Beberapa jenis bakteri yang menyebabkan diare antara lain adalah salmonella, escheria colli, shigella dan campylobacter.
  2. Penurunan kualitas lingkungan, seperti pencemaran air yang menyebabkan tumbuhan, ikan menjadi mati, dll. Sampah menjadi penyebab pencemaran air yang paling umum. Kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan, baik sampah organik maupun anorganik, ke sungai dan laut dapat membuat perairan tercemar.
  3. Dampak aspek sosial dan ekonomi, seperti menurunnya kenyamanan bertempat tinggal, terganggunya aktivitas ekonomi, dll. Sampah masih menjadi masalah sosial di lingkungan tempat tinggal karena masyarakat sering membuang sampah sembarangan. Hal tersebut membuat lingkungan menjadi kotor dan menyebabkan bau tidak sedap. Tentu hal ini akan mengganggu kenyamanan dan ketentraman masyarakat.

Sampah tidak hanya memiliki sisi negatif tertapi juga ada sisi positif yang dimiliki sampah. Dobalik dampak negatif terhadap lingkungan dan kehidupan manusia hingga kepada ekosistem. Dengan pengolahan sampah yang tepat dapat memberikan berbagai keuntungan bagi manusia dan juga lingkungan tempat tinggalnya.

  1. Sampah organik untuk pupuk kompos dan pakan ternak, Jenis sampah yang bisa digunakan untuk membuat pupuk kompos adalah jenis sampah organik basah. Sampah organik basah sendiri merupakan jenis sampah yang berasal dari sisa makanan atau bekas sayuran dari rumah tangga. Cara membuat pupuk kompos juga relatif mudah dan tidak membutuhkan banyak peralatan. Pupuk kompos yang dihasilkan dari sampah organik tersebut bisa dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman. Selain dapat dimanfaatkan untuk membuat pupuk kompos, sampah organik juga bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan lainnya. Beberapa sampah organik seperti kulit buah, buah busuk, hingga daun-daun kering bisa juga dimanfaatkan sebagai tambahan pakan untuk ternak.
  2. Digunakan kembali atau Reusable, Memanfaatkan sampah anorganik untuk digunakan kembali secara tidak langsung dapat memberikan dampak positif bagi lingkungan, lho. Karena dengan begitu, kita tidak turut andil dalam menyumbang sampah. Kita bisa memanfaatkan beberapa sampah anorganik seperti botol kaca sebagai vas bunga. Bisa juga dengan memanfaatkan botol plastik menjadi tempat pensil, atau hiasan dinding.
  3. Mengubah sampah menjadi kerajinan yang menguntungkan, dampak positif lainnya dari sampah dan saat ini banyak diterapkan adalah dengan mengubah sampah plastik menjadi kerajinan tangan yang unik. Sampah plastik merupakan jenis sampah yang sangat sulit terurai. Sekalipun dapat terurai, hal tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama. Daripada mencemari lingkungan dengan sampah plastik yang sulit terurai, alangkah lebih baik jika sampah tersebut dimanfaatkan untuk membuat kerajinan tangan yang bernilai rupiah. Sampah plastik seperti bungkus shampo, detergen, bungkus kopi, dan yang lainnya bisa dikreasikan menjadi tas, dompet, tempat tisu, hingga tikar.
  4. Dapat memberikan penghasilan untuk pemulung, banyak dari masyarakat Indonesia yang menjadikan kegiatan memulung sebagai mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan kata lain, jika tidak ada sampah maka pemulung tidak akan mendapatkan uang untuk makan dan untuk kebutuhan lainnya. Maka dari itu, dengan adanya sampah dapat memberikan dampak yang positif khususnya bagi mereka. Agar dapat memudahkan mereka untuk memulungnya, kita dapat membantu dengan cara mengkategorikan jenis sampah disetiap tong yang berbeda.

 

Perlu kesadaran yang tinggi bagi masyarakat Indonesia untuk sekedar hanya memilah sampah. Kita sebagai generasi muda harus meningkatkan kesadaran diri kita untuk tidak membuang sampah sembarangan. Perlu peran penting generasi muda saat ini dalam pengelolaan sampah agar lingkungan menjadi ramah bagi manusia seperti dengan cara pendirian bank sampah yang berperan untuk membangun kepedulian masyarakat terhadap kelestarian lingkungan dan mendapatkan nilai ekonomi secara langsung lewat penukaran sampah anorganik atau secara tidak langsung lewat pembuatan kerajinan, rumah kompos untuk pengelolaan sampah organik menjadi pupuk padat tanaman, rumah eco enzyme untuk pupuk tanaman dari sampah organik yang berfungsi sebagai penyubur tanah dan tanaman, serta budidaya maggot untuk pengelolaan sampah organik dan peningkatan nilai ekonomi masyarakat. Beberapa cara tersebut juga memiliki ciri khas dan caranya masing-masing

 

  • Pendirian Bank Sampah

Bank sampah merupakan konsep pengumpulan sampah kering dan dipilah serta memiliki buku rekening layaknya perbankan. Namun yang ditabung bukan uang, melainkan sampah yang memiliki nilai ekonomis (seperti: plastik dan besi). Warga yang menabung sampah disebut nasabah dan memiliki buku tabungan. Sampah yang ditabung kemudian ditimbang, dicatat dan nanti akan dihargai sejumlah uang. Sampah yang terkumpul ini kemudian akan dijual.

Definisi Bank Sampah menurut Yayasan Unilever Indonesia, 2013, adalah suatu sistem pengelolaan sampah kering seara kolektif yang mendorong masyarakat untuk berperan serta aktif di dalamnya. Sis- tem ini akan menampung, memilah dan menyalurkan sampah bernilai ekonomi pada pasar sehingga masyarakat mendapat keun- tungan ekonomi dari menabung sampah. Se- dangkan menurut Peraturan Menteri Ling- kungan Hidup RI Nomor 13 Tahun 2012, bank sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai ekonomi.

 

Bank sampah adalah salah satu strategi penerapan 3R (reduce, reuse dan recycle) da- lam pengelolaan sampah pada sumbernya di tingkat masyarakat. Pelaksanaan bank sam- pah pada prinsipnya adalah salah satu rekayasa sosial untuk mengajak masyarakat memilah sampah. Dengan menukarkan sam- pah dengan uang atau barang berharga yang dapat ditabung, masyarakat akhirnya terdidik untuk menghargai sampah sehingga mereka mau memilah sampah (Dirjen Cipta Karya, 2011).

 

Selain itu, pelaksanaan bank sampah juga memiliki potensi ekonomi kerakyatan yang cukup besar. Pelaksanaan bank sampah dapat memberikan output nyata bagi masyarakat berupa kesempatan kerja dalam melaksanakan manajemen operasi bank sam- pah dan investasi d alam bentuk tabungan. Munculnya bank sampah dapat menjadi mo- mentum awal dalam membina kesadaran masyarakat. Pembangunan bank sampah sebenarnya tidak dapat berdiri sendiri tetapi harus disertai integrasi dengan gerakan 3R secara menyeluruh di kalangan masyarakat. Hal ini perlu dilakukan agar manfaat lang- sung yang dirasakan masyarakat tidak hanya kuatnya ekonomi kerakyatan tetapi juga pembangunan lingkungan yang hijau dan bersih sehingga dapat menciptakan masyara- kat yang sehat (Dirjen Cipta Karya, 2011)

 

Bank Sampah dapat berperan sebagaidropping point bagi produsen untuk produk dan kemasan produk yang masa pakainya telah usai. Sehingga sebagian tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan sampah juga menjadi tanggungjawab pelaku usaha. Dengan menerapkan pola ini diharapkan volume sampah yang dibuang ke TPA berkurang. Penerapan prinsip 3R sedekat mungkin dengan sumber sampah juga diharapkan dapat menyelesaikan masalah sampah secara terintegrasi dan menyeluruh.

 

Statistik perkembangan pembangunan Bank Sampah di Indonesia pada bulan Februari 2012 adalah 471 buah jumlah Bank Sampah yang sudah berjalan dengan jumlah penabung sebanyak 47.125 orang dan jumlah sampah yang terkelola adalah 755.600 kg/ bulan dengan nilai perputaran uang sebesar Rp. 1.648.320.000 perbulan. Angka statistik ini meningkat menjadi 886 buah Bank Sampah berjalan sesuai data bulan Mei 2012, dengan jumlah penabung sebanyak 84.623 orang dan jumlah sampah yang terkelola s e b e s a r 2 . 0 0 1 . 7 8 8 k g / b u l a n s e r t a m e n g h a s i l k a n u a n g s e b e s a r R p . 3.182.281.000 perbulan. (Asdep Pengelolaan Sampah, 2012)

 

 

Dengan adanya bank sampah sedikit banyak membantu mengurai masalah sampah di Indonesia bak mengubah masalah jadi berkah.

Berbagai manfaat yang diperoleh dari bank sampah menggugah keinginan beragam elemen masyarakat baik probadi maupun golongan yang mungkin berbasis lembaga. paguyuban, kelompok, lembaga pendidikan, club dan lain-lain.  untuk meniru dan memodifikasi bank-bank sampah guna turut berpatisipasi dalam mengentaskan masalah sampah.

 

  • Budidaya Maggot

Maggot atau larva dari lalat BSF (Black Soldier Fly) menjadi salah satu organisme potensial untuk dapat dimanfaatkan sebagai pengurai sampah organik yang biasa dihasilkan rumah tangga (Tomberlin et al. 2018). Kemampuan lalat BSF dalam mendekomposisi bahan organik lebih baik dibandingkan dengan cacing tanah (Sastro, 2016). Maggot memiliki kandungan protein dan lemak yang tinggi, tekstur yang kenyal, serta memiliki kemampuan untuk mengeluarkan enzim alami, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternatif bagi hewan ternak seperti ikan dan unggas (Fonseca et al. 2017).

Berbagai penelitian tentang pemanfaatan maggot sebagai bahan pakan telah banyak dilakukan seperti dalam penelitian Fauzi et al. (2018), mengatakan bahwa budidaya Maggot bermafaat sebagai pakan alternatif untuk lele. Selain itu maggot bisa menggantikan tepung ikan kualitas tinggi dan memberikan pertumbuhan yang sama walaupun diberikan dengan kondisi telur yang dipotong-potong. Tingginya harga pakan membuat budidaya maggot akan memberikan dampak persaingan positif antara peternak hewan dan produsen pakan komersil.

Maggot BSF dengan nama ilmiah Hermetia illucens merupakan larva dari Lalat BSF (Black Soldier Fly) atau serangga bunga. Maggot BSF memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi dan sangat aktif memakan sampah organik rumah tangga seperti sayur, buah, dan lainnya, sehingga dengan cepat dapat mengurai sampah organik menjadi pupuk (Odjo et al.2019). BSF mengalami lima tahapan siklus hidup sebelum nantinya dapat digunakan sebagai alternatif pakan hewan ternak seperti ikan dan unggas. Lima tahapan tersebut yaitu fase dewasa, fase telur, fase larva atau maggot, fase prepupa, dan fase pupa (Hardini, 2021).

Menurut Holmes et al. (2012), siklus hidup maggot dimulai dari Lalat BSF betina memasukkan sekitar 400 hingga 800 telur ke dalam rongga-rongga yang kecil, kering, dan terlindung, kemudian meletakkan telur-telurnya di dekat bahan organik yang membusuk agar ketika menetas larva-larva dapat dengan mudah menemukan sumber makanan. Umumnya, telur-telur tersebut menetas setelah empat hari dan hanya berukuran beberapa millimeter. Maggot yang baru menetas akan memakan bahan organik yang membusuk dengan aktif, sehingga ukuran tubuhnya yang awalnya hanya beberapa millimeter akan bertambah panjang menjadi 2,5 cm dan lebar 0,5 cm, sedangkan warnanya menjadi agak krem (Dortmans et al. 2017).

Pertumbuhan maggot akan berlangsung selama 14−16 hari dalam kondisi optimal dengan kualitas dan kuantitas makanan yang ideal. Maggot BSF merupakan serangga yang memiliki kemampuan adaptasi tinggi dan mampu memperpanjang siklus hidupnya dalam kondisi yang kurang menguntungkan sekalipun. BSF hanya makan saat masih di fase larva atau maggot. Maka, pada tahap perkembangan maggot inilah mereka menyimpan cadangan lemak dan protein hingga cukup bagi mereka untuk berpupa sampai menjadi lalat, kemudian menemukan pasangan, kawin, dan bertelur (bagi betina) sebelum akhirnya mati.

 

Dengan budidaya maggot ini akan menjadi alternative solusi bagi permasalahan sampah. Hal ini perlu didukung dengan program sosialisasi dan pelatihan-pelatihan sehingga semakin banyak masyarakat yang faham dan mempunyai keterampilan dalam budidaya maggot ini. Semakin luas pemahaman ini, semakin banyak yang terampil mempraktikkan, maka akan semakin banyak permasalahan sampah teratasi.

 

Dengan cara-cara di atas menjadi alternative untuk mengolah sampah sehingga dapat mengurangi permasalahan sampah rumah tangga yang jumlahnya sangat besar.  Diperlukan kesadaran bersama antara masyarakat terutama generasi muda dan pemerintah dalam menangani permasalahan sampah sehingga tercipta lingkungan yang ramah untuk kehidupan manusia di muka bumi ini.